Selasa, 23 Juni 2015

Tumbuhnya Organisasi Kepemudaan di Indonesia

Tumbuhnya Organisasi Kepemudaan di Indonesia


Negara dan pemuda adalah kedua unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu Negara terutama dalam melihat setiap keputusan yang diambil oleh pemeritah dalam perkembangan kenegaraan dan pemerintahan yang ada dalam suatu negara. Dalam sejarah perkembanganya bangsa indoesia yang di mulai sejak awal kemerdekaan samapai pada saat ini bangsa Indonesia selalu diiringi oleh pemuda bangsa ,yaitu perjalanan bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Bangsa Indonesia tidak luput dari perjuangan dan peran para pemuda Indonesia sendiri. Untuk itu pemuda Indonesia dituntut untuk semakin berjiwa nasionalisme yang mengacu pada pancasila. Organisasi kepemudaan Indonesia sampai pada saat in selalu menglami perubahan seperti pada struktur keorganisasian, pola pikir berorganisasi serta penyimpangan dalam organisasi kepemudaan yang tidak dapat kita fungkiri lagi.
1.      Tri Koro Dharmo
Pada 7 Maret 1915 di Jakarta dr.R.Satiman Wiryosandjoyo, Kadarman dan Sunardi dan beberapa pemuda lainnya bermufakat untuk mendirikan perkumpulan pemuda di mana yang diterima sebagai anggota hanya nak-anak sekolah menengah yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Perkumpulan yang diberi nama Tri Koro Dharmo meruapakan gerakan pemuda pertama yang sesungguhnya. Nama Tri Koro Dharmo berarti Tiga Tujuan Mulia. Yang terpilih sebagai ketua utama adalah Satiman Wiryosanjoyo dan Soenardi, yang kemudian dikenal sebagai Mr.Wongsonegoro menjadi wakil ketua. Sementara itu Soetomo terpilih sebagai sekretaris. Anggota pengurus lainnya diantaranya adalah Muslich, Musodo dan Abdul Rachman. Tujuan Organisasi itu menurut pasak 2 Anggaran dasarnya adalah :
a.       Menjalin pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, dan kursus perguruan kejuruan, dan sekolah vak.
b.      Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c.       Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia (Indonesia).
Pada 12 Juni 1918 Tri Koro Dharmo mengadakan kongresnya di Solo. Pada saat itu Satiman Wiryosanjoyo sudah tidak menjadi ketua lagi, karena sejak tahun 1917, kedudukannya telah diganti oleh Sutardiaryodirejo. Satiman kemudian diangkat menjadi ketua kehormatan. Kongres ini menhasilkan dua keputusan penting, yaitu tentang ruang lingkup keanggotaan dan nama organisasi, serta mengenai kepengurusan.
Pada tahun 1918 organisasi berubah nama menjadi Jong Java (JJ) dan orientasinya lebih luas mencakup Jawa raya, milisi, dan pergerakan rakyat pada umumnya. Dengan perubahan nama tersebut diharapkan pemuda Sunda, Madura, Bali, dan Lombok dapat ikut memasuki organisasi ini. Tujuan organisasi pun diubah dengan hasrat membangun persatuan Jawa Raya. Sekalipun hanya baru terbatas pada Jawa, hal ini meruapakan bibit awal bagi terbentuknya integrasi bangsa. Ikatan-ikatan suku di Jawa diperastukan dengan ikatan teritorial, yaitu Pulau Jawa. Sampai dengan kongresnya yang terakhir di Semarang pada 23 Oktober 1929, Jong Java berhasil mengadakan kongres sebanyak sepuluh kali. Dalam kongres-kongresnya itu telah berhasil diambil sejumlah keputusan penting yang bermanfaat bagi perjuangan pemuda Indonesia pada masa selanjutnya. Keputusan-keputusan tersebut, yaitu: Disetujuinya seorang wanita duduk dalam pengurus besar dan anggota redaksi dalam majalah Jong Java, serta usaha untuk menerjemahkan surat-surat yang pernah ditulis oleh Kartini. Keputusan ini merupakan indikator adanya pengakuan bahwa hak wanita sama dengan pria sebagai kelanjutan usaha emansipasi Kartini.
Dalam kongresnya yang ketiga, bahasa-bahsa daerah seperti Jawa, Bali, Sunda, Makasar dapat digunakan asal disertai terjemahan dalam Bahasa Belanda. Diperbolehkannya penggunaan bahasa-bahasa daerah itu dengan maksud untuk menghormati perbedaan antar suku yang ada.Hanya saja bahasa pengantar utamanya masih menggunakan bahasa Belanda. Adanya cita-cita untuk mebangun Jawa Raya, yaitu dengan jalan membina persatuan di antara golongan-golongan di Jawa dan Madura untuk mencapai kemakmuran bersama. Tidak salah lagi rasa nasionalisme yang makin berkembang, meningkatkan ke arah kegiatan politik dan untuk merealisasikan persatuan diperlukan perpaduan atau penggabungan beberapa organisasi dan baru pada  akhir tahun 1928 terjadilah fusi dengan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Pada tahun 1929 Jong Java dibuabrkan dan diganti dengan Indonesia Muda dengan maksud menempuh orientasi nasionalisme yang sebenarnya.
2.      Jong Sumatranen Bond
Mengikuti jejak murid sekolah menengah Jawa, maka pada 9 Desember 1917 di Jakarta didirikan Jong Sumatranen Bond. Tujuannya yaitu memperkokoh ikatan sesama murid Sumatera dan sekaligus mengembangkan kebudayaan Sumatera. Dia antara pengurusnya yaitu Moh.Yamin. Untuk mencapai tujuannya, maka dilakukan usaha-usaha, yaitu menghilangkan adanyaprasangka etnis di kalangan orang Sumatera, memperkuata perasaan saling membantu, dan bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatera  dengan jalan menggunakan alat propaganda, kursus, ceramah-ceramah dan lain sebagainya.
Nampaknya  kehadiran organisasi ini disambut hangat oleh para pemuda Sumatera. Hal ini terbukti sampai tahun 1925, organisasi ini memiliki anggota mencapai 115 orang. Pemuda Sumatera ini memeberikan andil yang besar dalam memperkuat kesadaran berbangsa, khususnya di kalangan pemuda. Bahkan bersama Jong Java dan Perhimpunan Pelajar Indonesia memiliki peranan yang strategis di dalam menyatukan organisasi-organisasi pemuda setelah lahirnya Sumpah Pemuda. Dapat dilihat bahwa dalam beberapa perkumpulan terdapat benih-benih ke arah persatuan bangsa indonesia. Oleh karena itu, pemuda-peuda Indonesia merasa perlunya persatuan pemuda-pemuda Indonesia yang dituangkan dalam suatu wadah sehingga terdapat satu derap langkah yang sama dalam mencapai apa yang dicita-citakan oleh pemuda Indonesia pada umumnya.
3.      Jong Minahasa
Organisasi ini didirikan pada 24 April 1919. Hadirnya organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi Rukun Minahasa yang telah dibentuk pada 1912 di Semarang. Tujuan didirikannya adalah untuk mempererat rasa persatuan di antara sesama pemuda sedaerah dan turut serta memajukan kebudayaannya. Salah satu tokoh yang terkenal dari perkumpulan ini adalah G.R. Pantow.
4.      Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada 9 Mei 1920. Dilihat dari latarbelakang kelahirannya, organisasi ini merupakan jawaban atas sejumlah organisasi orang Ambon yang telah dibentuk sebelumnya, yang umumnya pro Belanda. Pendirinya yaitu A.J. Patty. Seorang pemuda Maluku. Mula-mula ia mendirikan Serikat Ambon di Semarang, kemudian melalui mendirikan organisasi orang Ambon, dan menjadi organisasi politik yang pertama. Tokoh ini snagat aktif untuk melakukan kampanye, tidak ahanya di Jawa, tetapi juga sampai di Ambon. Oleh karena itu, ia dianggap menentang kolonial Belanda, sehingga pada bulan Oktober, ia ditangkap dan diasingkan, semula ke Ujung Pandang, kemudian ke Bengkulu, Palembang dan Flores. Tertangkapnya tokoh tersebut, menyebabakan kemunduran organisasi ini.
5.      Jong Batak
Berdiri pada tahun 1926. Dikenal juga dengan nama Jong Bataks Bond, adalah perkumpulan para pemuda yang berasal dari daerah Batak (Tapanuli), yang bertujuan untuk mempererat persatuan dan persaudaraan di antara para pemuda yang berasal dari daerah tadi serta turut serta memajukan kebudayaan daerah. Salah satu tokoh yang terkenan dari organisasi ini adalah Amir Sjarifudin.
6.      Pemuda Timor
Organisasi di kalangan orang Timor baru dibentuk pada bulan September 1921 di Makassar, yakniTimorsch Verbond, dengan ketua J.W. Amalo. Statutanya, yang diakui pemerintah pada tahuun 1923, menyatakan bahwa tujuan Timorsch Verbond adalah untuk meningkatkan moral dan kerohanian orang-orang Timor, memajukan kesejahteraan dan memberi bantuan bila diperlukan, serta membantu memajukan anak-anak anggota. Untuk mencapai tujuan itu diselenggarakan pertemun-pertemuan, surat-menyurat dan kalau perlu memohon bantuan pemerntah, serta melalui usaha pengumpulan dana. Suatu cabang organisasi ini didirikan di Kupang. Di Kupang dibentuk juga suatu organisasi lain bernama Perserikan Timor, pada bulan Agustus 1924, d bawah pimpinan C. Frans. Statutanya, yang disahkan pemerintah (tanggal 27 Maret 1925), menyatakan bahwa organisasi ini bertujuan memperjuangkan kemandirian penduduk pribumi Timor dan sekitarnya di bidang ekonomi, rohani, kebudayaan dan politik alam kerjasama dan tetap memperkokoh ikatan dengan Belanda. Tujuan itu diupayakan dengan banyak cara, a.l. dengan mengusahakan perwakilan dalam Volkdraad. Keanggotaannya hanyalah warga negara Belanda, sedang anggota biasa meliputi semua pendudukan pribumi Timor dan sekitarnya yang tidak sama status dengan orang-oang Eropa (niet gelijkgesteld), orang-orang Belanda dan Indiërs yang kawin dengan keturunan mereka, dan Indiërs yang telah bermukim di daerah itu paling sedikit 10 tahun.
Pada pertengahan tahun 1920-an ketika pihak komunis makin radikal, pengaruhya juga terungkap di kalangan orang Timor dalam Timorsch Verbond di Makasar, demikian juga dalam suatu organisasi di Timor yang bernama Kerapatan Timor Evolutie di bawah pimpinan J.W. Toepe dan Ch. M. Pandy. Malahan Pandy mendirikan organisasi yang radikal, mula-mula dengan nama Sarekat Timor, lalu kemudian menjadi Sarekat Rakjat. Organisasi ini merupakan gerakan perlawanan yang militan terhadap pemerintah setempat dan ia memperoleh pengikut sampai 1200 anggota. Etika Pandi ditahan dan diadili maka sarekat itupun lenyap. Sementara itu Kerapatan Timor Evolutie dan Timorsch Vebond diam-diam mendukung Pandy. Timorsch Verbond mempunyai sekitar 100 anggota dan mendirikan HIS di dekat Kupang. Perserikatan Timor mempunyai anggota sekitar 850 orang, dan tetap mempertahankan tujuan semula.
7.      Jong Celebes
Arti Celebes Muda atau Pemuda Celebes, yaitu organisasi pemuda yang berasal dari seluruh pulau Celebes (Sulawesi), sehingga jangkauannya lebih luas dari Jong Minahasa. Didirikan pada tahun 1912, maksud dan tujuannya adalah mempererat rasa persatuan dan tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda (pelajar) yang berasal dari Pulau Celebes atau Sulawesi. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain Arnold Mononutu, Waroruntu dan Magdalena Mokoginta atau yang dikenal dengan Ibu Sukanto (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang pertama).
8.      Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Bila pada permulaan abad XX organisasi pemuda masih memiliki sifat primodialisme yang kental, namun dalam perkembangannya banyak organisasi pemuda yang menuju arah integrasi bangsa. Terutama memasuki periode tahun 1926, banyak organisasi yang geraknya mulai bernafaskan Indonesia. Salah satunya yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan pada 1925, namun peresmiannya baru pada tahun 1926. Pendirian organisasi ini dilatar belakangi dengan semakin maraknya kaum pelajar Indonesia sebagai akibat dibukanya berbagai sekolah tinggi, sehingga timbul gagasan untuk memberikan sumabangan yang berharga bagi perjuangan kemerdekaan. Tujuan dari organisasi pemuda ini, yaitu untuk menyatukan perkumpulan-perkumpulan pemuda yang telah ada, yang umumnya memiliki latar belakang budaya, lokalitas, dan etnisitas yang berbeda. Adapun  para tokoh PPPI, yaitu Sogondo Djojopuspito Sigit Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro, Samidjono, Hendromartono, Subari, Rohjani, Sunarko, S.Djuned Pusponegoro, Kuntjoro, Wilopo, Surjadi, A.K. Gani, Amir Sjarifudin, dan abu Hanifah. Salah satu tokoh PI berperan sebagai ketua Kongres Pemuda II, yaitu Sugondo Djojopuspito.
Satu hal yang sangat menarik bahwa PPPI tidak hanya bergerak dalam negeri saja. Para tokoh PPPI menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia (PI) di negeri Belanda. PI dalam waktu-waktu tertentu mengirimkan majalah Indonesia Merdeka ke Indonesia, sementara itu PPPI mengirimkan majalahnya Indonesia Raya dan berita-berita penting di tanah air ke negeri Belanda. Memang diakui ada usaha untuk menyebarluaskan tentang proses perkembangan pergerakan Perhimpunan Indonesia ke tanah air. Namun usaha ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi, yang mendapat tugas untuk menyebarluaskan proses perkembangan proses perkembangan organisasi tersebut, yaitu Ali Sastroamidjojo secara aktif turut mengisi majalah “Indonesia Merdeka”. Di samping itu, Ali Sastroamidjojo turut pula berusaha menyebarluaskan majalah itu ke Indonesia, terutama edisinya dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan untuk beberapa waktu. Ini pun dilakukan secara seludupan, karena masuknya ke tanah air dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Akan tetapi majalah tersebut masih dapat diterima oleh PPPI, karena usaha Sugondo Joyopuspito yang bekerjasama dengan petugas pos yang menyortir kiriman barang dari luar memasuki Hindia Belanda. Pegawai pos tersebut secara cermat dan diam-diam memasukkan majalah tersebut dalam bajunya kemudian diserahkan kepada para tokoh pemuda PPPI.
9.      Pemuda Indonesia (Jong Indonesia)
Pada 27 Februari 1927 di kota Kembang, Bandung lahirlah sebuah organisasi pemuda yang bersifat nasional yang diberi nama Jong Indonesia (Pemuda Indonesia), dimana sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar-pelajar AMS dan dari mahasiswa RHS dan STOVIA. Cabang-cabang Jong Indonesia tersebar di berbagai daerah, yaitu Jogjakarta, Solo, dan Jakarta. Kongres pertamanya diadakan di Bandung pada 28 Desember 1927. Kongres ini berhasil mengambil beberapa keputusan penting, yaitu Nama organisasi yang sebelumnya masih dalam bahsa Belanda diganti dengan nama Indonesia, yaitu Pemuda Indonesia. Bahasa resmi pengantarnya ditetapkan bahasa Melayu.
Gagasan fusi atas organisasi-organisasi pemuda sebagaimana yang dikemukakan Perhimpunan Indonesia disetujui asal semua organisasi menghendaki dan jika ada organisasi pemuda yang tidak menyetujui, Pemuda Indonesiaakan menetapkan pendiriannya kemudian. Sebelum kongres, pengurus Pemuda Indonesia yaitu Suwaji sabagai ketua pertama dan Sugiyono sebagai salah satu anggota pengurus. Sementara pengurus setelah kongres yaitu Yusupadi sebagai ketua, sekretaris I dipegang Muhammad Tamzil, sekretaris II Subagia Reksodpuro, Asaat sebagai bendahara yang dibantu oleh pengurus lainnya seperti Roesmali dan Syahrir. Atas inisiatif PPPI, pada 27-28 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda Indonesia II untuk mempersatukan segala perkumpulan pemuda Indonesia yang ada dalam satu badan gabungan. Kongres ini menhasilkan Sumpah Pemuda yang isinya tiga sendi persatuan bangsa Indonesia, yaitu persatuan tanah air, bangsa dan bahasa. Dari kongres ini juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan Wage Rudolf Supratman dan bendera merah putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Dalam kongres yang diadakan di yogyakarta pada 24-28 Desember 1928 membuahkan keputusan untuk mengadakan fusi (gabungan). Keputusan tersebut disetujui oleh Jong Celebes. Kemudian dibentuklah suatu komisi yang disebut misi Besar Indonesia Muda, untuk mempersiapkan langakah-langkah pelaksanaannya. Akhirnya pada 31 Desember 1930 dalam koferensi di Solo ditetapkan berdirinya organisasi Indonesia Muda.
10.  Persatuan Pemuda
Pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta berlangsung Kongres Pemuda II yang diprakarsai oleh PPPI. Dalam kongres yang dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito tersebut ditegaskan kembali keinginan untuk mengadakan penggabungan setelah Jong Java dan Pemuda Indonesia menyatakan setuju untuk mengadakan fusi. Pada waktu itu Kongres Pemuda II juga disebut Kerapatan Pemuda-pemudi Indonesia. Kongres yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai perkumpulan pemuda ini menghasilkan beberapa keputusan. Salah satu keputusan penting yang ditetapkan dalam kongres ini adalah Sumpah Pemuda. Keputusan yang bertema persatuan tersebut merupakan keputusan yang benar-benar menentang politik devide et impera dari Pemerintah Kolonial. Pada masa Sumpah Pemuda juga muncul istilah antithese kolonial, yaitu para pelajar dan mahasiwa Indonesia dalam menyebut pertentangan kepentingan antara bangsa Belanda dan rakyat Indonesia. Sebagai hasil dari kongres pemuda II, lahirlah Perkumpulan Indonesia Muda. Perkumpulan Indonesia Muda berdiri pada tanggal 31 Desember 1930 di Surakarta. Indonesia Mudameerupakan fusi dari Jong Java, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Perkumpulan Pemuda Sumatera, dan Sekar Rukun.
11.  Indonesia Muda
Indonesia Muda merupakan suatu oraganisasi yang tidak ikut bergerak dalam aksi politik. Organisasi ini didirikan di Solo paad 31 Desember 1930. Organisasi ini berazaskan kebangsaan dan Indonesia Raya dalah tujuannya. Dalam sepak terjangnya, organisasi ini telah berhasil menerbitkan majalah yang diberi nama Indonesia Muda. Ketidakhadiran Indonesia Muda dalam ranah politik, membuat aktifitasnya menjadi kurang kelihatan. Meskipun begitu pemerintah masih saja menaruh curiga yang menyebabkan beberapa sekolah pemerintah dilarang menjadi anggotanya. Adanya tekanan dan kenkangan pemerintah terhadap perhimpunan atau organisasi-organisasi pemuda ini, menyebabkan banyak anggota yang keluar dari organisasi ini. Politik reaksioner Gubernur Jenderal de Jonge (1932-1937) tidak hanya melumpuhkan gerakan partai-partai politik namun juga organisasi-organisasi pemuda. Melihat hal ini Indonesia Muda mencoba untuk mengadakan kongres pada1936, namun usaha organisasi ini gagal, karena tak mendapat izin pemerintah. Barulah pada 1938 dapat diadakan Kongres Pemuda III di Yogyakarta. Hasilnya ialah federasi organisasi-organisasi pemuda dengan pusat di Jakarta.
Kongres juga memutuskan mengenai kata “kemerdekaan Nusa dan Bangsa” diganti dengan “menjunjung martabat Nusa dan Bangsa”. Hal ini disebabakan kata “kemerdekaan” tersebut dianggap tabu bagi pemerintah Belanda.  Jika dicermati, organisasi pemuda kedaerahan tersebut sangat hati-hati dan tidak cepat bergerak ke arah politik. Hal ini rupanya mengambil pelajaran dari organisasi-organisasi sebelumnya, yaitu Budi Utomo yang mengawali pergerakannya melalui bidang sosial-budaya, sehingga dapat selamat dari pengawasan pemerintah kolonial. Dari pengalaman tersebut, maka organisasi pemuda lebih menitikberatkan semangat kedaerahan. Pada waktu itu semangat kedaerahan masih sangat diperlukan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pergerakan untuk melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh pemuda Jawa saja, tetapi juga daerah-daerah lain ada rasa tidak senang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hanya dalam kesepakatan dan pengalaman dalam perjuangan, maka tidak lagi berjuang secara fisik, melainkan berjuang secara moral. Jadi tidak ada perang fisik, melainkan berjuang melalui semangat persatuan dan kesatuan.
Sumber : https://ikawidyakusumastuti.wordpress.com/2013/10/13/organisasi-kepemudaan/
Nilai Informatif
Fenomena baru pada abad XX banyak diwarnai dengan munculnya berbagai organisasi kepemudaan. Timbulnya pergerakan pemuda jelas menunjukkan adanya kaderisasi kepemimpinan yang seawaktu-waktu dibutuhkan sehingga tidak terjadi kekosongan pimpinan dan organisasi dapat berjalan terus. Perkumpulan pemuda mengikuti jejak organisasi politik yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pemuda dengan semagtnya yang tinggi tidak ragu lagi dalam memperjuangkan nasib bangsanya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Menurut Onghokham gerakan-gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah unik, sebab hal itu juga terjadi di negara-negara Asia lainnyaa seperti india dengan May Fourth (Gerakan 4 Mei), India, Burma ,Jepang dan sebagainya. Ia menilai bahwa negara-negara Asia itu juga memiliki kesamaan sifat agraris tradisional menempatkan golongan tua pada puncak hierarki. Munculnya gerakan-gerakan pemuda itu juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang sama.
Meskipun menurut argumen Onghokham, gerakan-gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah unik. Perlu kita ketahui mungkin yang dikatakan unik itu yang memiliki kekhasan Indonesia. Nah, disini jika kita lihat gerakan-gerakan pemuda Indonesia itu berkembang dengan pesatnya yang kemudian muncullah suatu kesepakatan nasional dalam bentuk sumaph bersama untuk nusa bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama yaitu Indonesia. Mungkin inilah fenomena gerakan-gerakan pemuda Indonesia pada abad XX yang tidak terjadi di negara manapun. Pergerakan pemuda yang pertama didirikan ialah Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Akan tetapi pada kongresnya yang pertama yaitu pada 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, perkumpulan tersebut bukan lagi perkumpulan pemuda melainkan perkumpulan kaum tua. Semangat kongres bukan semangat pemuda dan yang memegang pimpinan semua kaum tua. Lama kelamaan golongan pemuda merasa tidak puas terhadao Boedi Oetomo yang condong menjadi perkumpulan kaum tua. Makin disadari bahwa pemuda harus mempunyai perkumpulan sendiri, dimana pemuda dapat dididik secara pemuda untuk memenuhi kewajibannya kelak dikemudian hari.
Nilain Edukatif
Kemerdekaan ini tidaklah didapat dengan mudah, tidaklah didapat dengan sendirinya melainkan karena kesatuan rasa bersatu yang terhimpun dalam organisai yang menggerakkan tujuan itu semakin dekat untuk dicapai. Dan bukanlah perihal yang mudah berjuang dalam organisasi yang ikhwalnya pada masa oraganisasi kita berdiri tersebut mendapat pertentengan dari pemerintah kita. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin selagi kita bersama, berusaha dan berjuang untuk tujuan mulia, hingga apapun usaha kita tetap akan berbuah, jika tidak dipetik dimasa kita mungkin dimasa setelah kita.
Nilai Inspiratif
Semangat pantang menyerah dan rela berkorban yang dilakukan para pemuda demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Kesadaran politik yang muncul dalam semangat perjuangan mereka, telah menjauhkan pikiran, sikap dan tindakan mereka dari kepentingan-kepentingan yang bersifat kepentingan golongan, kelompok apalagi individu.


1 komentar: