Tumbuhnya
Organisasi Kepemudaan di Indonesia
Negara
dan pemuda adalah kedua unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu Negara
terutama dalam melihat setiap keputusan yang diambil oleh pemeritah dalam
perkembangan kenegaraan dan pemerintahan yang ada dalam suatu negara. Dalam sejarah
perkembanganya bangsa indoesia yang di mulai sejak awal kemerdekaan samapai
pada saat ini bangsa Indonesia selalu diiringi oleh pemuda bangsa ,yaitu
perjalanan bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat
yang adil dan makmur. Bangsa Indonesia tidak luput dari perjuangan dan peran
para pemuda Indonesia sendiri. Untuk itu pemuda Indonesia dituntut untuk
semakin berjiwa nasionalisme yang mengacu pada pancasila. Organisasi kepemudaan Indonesia sampai pada saat in
selalu menglami perubahan seperti pada struktur keorganisasian, pola pikir
berorganisasi serta penyimpangan dalam organisasi kepemudaan yang tidak dapat
kita fungkiri lagi.
1.
Tri Koro Dharmo
Pada 7 Maret
1915 di Jakarta dr.R.Satiman Wiryosandjoyo, Kadarman dan Sunardi dan beberapa
pemuda lainnya bermufakat untuk mendirikan perkumpulan pemuda di mana yang
diterima sebagai anggota hanya nak-anak sekolah menengah yang berasal dari
Pulau Jawa dan Madura. Perkumpulan yang diberi nama Tri Koro Dharmo meruapakan
gerakan pemuda pertama yang sesungguhnya. Nama Tri Koro Dharmo berarti Tiga
Tujuan Mulia. Yang terpilih sebagai ketua utama adalah Satiman Wiryosanjoyo dan
Soenardi, yang kemudian dikenal sebagai Mr.Wongsonegoro menjadi wakil ketua.
Sementara itu Soetomo terpilih sebagai sekretaris. Anggota pengurus lainnya
diantaranya adalah Muslich, Musodo dan Abdul Rachman. Tujuan Organisasi itu
menurut pasak 2 Anggaran dasarnya adalah :
a.
Menjalin
pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, dan kursus
perguruan kejuruan, dan sekolah vak.
b.
Menambah
pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c.
Membangkitkan
dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia (Indonesia).
Pada 12 Juni 1918 Tri Koro Dharmo
mengadakan kongresnya di Solo. Pada saat itu Satiman Wiryosanjoyo sudah tidak
menjadi ketua lagi, karena sejak tahun 1917, kedudukannya telah diganti oleh
Sutardiaryodirejo. Satiman kemudian diangkat menjadi ketua kehormatan. Kongres
ini menhasilkan dua keputusan penting, yaitu tentang ruang lingkup keanggotaan
dan nama organisasi, serta mengenai kepengurusan.
Pada tahun 1918 organisasi berubah
nama menjadi Jong Java (JJ) dan orientasinya lebih luas mencakup Jawa raya,
milisi, dan pergerakan rakyat pada umumnya. Dengan perubahan nama tersebut
diharapkan pemuda Sunda, Madura, Bali, dan Lombok dapat ikut memasuki
organisasi ini. Tujuan organisasi pun diubah dengan hasrat membangun persatuan
Jawa Raya. Sekalipun hanya baru terbatas pada Jawa, hal ini meruapakan bibit
awal bagi terbentuknya integrasi bangsa. Ikatan-ikatan suku di Jawa
diperastukan dengan ikatan teritorial, yaitu Pulau Jawa. Sampai dengan
kongresnya yang terakhir di Semarang pada 23 Oktober 1929, Jong Java berhasil
mengadakan kongres sebanyak sepuluh kali. Dalam kongres-kongresnya itu telah
berhasil diambil sejumlah keputusan penting yang bermanfaat bagi perjuangan
pemuda Indonesia pada masa selanjutnya. Keputusan-keputusan tersebut, yaitu: Disetujuinya
seorang wanita duduk dalam pengurus besar dan anggota redaksi dalam majalah
Jong Java, serta usaha untuk menerjemahkan surat-surat yang pernah ditulis oleh
Kartini. Keputusan ini merupakan indikator adanya pengakuan bahwa hak
wanita sama dengan pria sebagai kelanjutan usaha emansipasi Kartini.
Dalam kongresnya yang ketiga,
bahasa-bahsa daerah seperti Jawa, Bali, Sunda, Makasar dapat digunakan asal
disertai terjemahan dalam Bahasa Belanda. Diperbolehkannya penggunaan
bahasa-bahasa daerah itu dengan maksud untuk menghormati perbedaan antar
suku yang ada.Hanya saja bahasa pengantar utamanya masih menggunakan bahasa
Belanda. Adanya cita-cita untuk mebangun Jawa Raya, yaitu dengan jalan membina
persatuan di antara golongan-golongan di Jawa dan Madura untuk mencapai kemakmuran
bersama. Tidak salah lagi rasa nasionalisme yang makin berkembang, meningkatkan
ke arah kegiatan politik dan untuk merealisasikan persatuan diperlukan
perpaduan atau penggabungan beberapa organisasi dan baru pada akhir tahun
1928 terjadilah fusi dengan PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Pada
tahun 1929 Jong Java dibuabrkan dan diganti dengan Indonesia Muda dengan maksud
menempuh orientasi nasionalisme yang sebenarnya.
2.
Jong Sumatranen
Bond
Mengikuti jejak
murid sekolah menengah Jawa, maka pada 9 Desember 1917 di Jakarta didirikan
Jong Sumatranen Bond. Tujuannya yaitu memperkokoh ikatan sesama murid Sumatera
dan sekaligus mengembangkan kebudayaan Sumatera. Dia antara pengurusnya
yaitu Moh.Yamin. Untuk mencapai tujuannya, maka dilakukan usaha-usaha,
yaitu menghilangkan adanyaprasangka etnis di kalangan orang Sumatera,
memperkuata perasaan saling membantu, dan bersama-sama mengangkat derajat
penduduk Sumatera dengan jalan menggunakan alat propaganda, kursus,
ceramah-ceramah dan lain sebagainya.
Nampaknya
kehadiran organisasi ini disambut hangat oleh para pemuda Sumatera. Hal ini
terbukti sampai tahun 1925, organisasi ini memiliki anggota mencapai 115 orang.
Pemuda Sumatera ini memeberikan andil yang besar dalam memperkuat kesadaran
berbangsa, khususnya di kalangan pemuda. Bahkan bersama Jong Java dan
Perhimpunan Pelajar Indonesia memiliki peranan yang strategis di dalam
menyatukan organisasi-organisasi pemuda setelah lahirnya Sumpah Pemuda. Dapat
dilihat bahwa dalam beberapa perkumpulan terdapat benih-benih ke arah persatuan
bangsa indonesia. Oleh karena itu, pemuda-peuda Indonesia merasa perlunya
persatuan pemuda-pemuda Indonesia yang dituangkan dalam suatu wadah sehingga
terdapat satu derap langkah yang sama dalam mencapai apa yang dicita-citakan
oleh pemuda Indonesia pada umumnya.
3.
Jong Minahasa
Organisasi ini
didirikan pada 24 April 1919. Hadirnya organisasi ini merupakan kelanjutan dari
organisasi Rukun Minahasa yang telah dibentuk pada 1912 di Semarang. Tujuan
didirikannya adalah untuk mempererat rasa persatuan di antara sesama pemuda
sedaerah dan turut serta memajukan kebudayaannya. Salah satu tokoh yang
terkenal dari perkumpulan ini adalah G.R. Pantow.
4.
Jong Ambon
Jong Ambon
didirikan pada 9 Mei 1920. Dilihat dari latarbelakang kelahirannya, organisasi
ini merupakan jawaban atas sejumlah organisasi orang Ambon yang telah dibentuk
sebelumnya, yang umumnya pro Belanda. Pendirinya yaitu A.J. Patty. Seorang
pemuda Maluku. Mula-mula ia mendirikan Serikat Ambon di Semarang, kemudian
melalui mendirikan organisasi orang Ambon, dan menjadi organisasi politik yang
pertama. Tokoh ini snagat aktif untuk melakukan kampanye, tidak ahanya di Jawa,
tetapi juga sampai di Ambon. Oleh karena itu, ia dianggap menentang kolonial
Belanda, sehingga pada bulan Oktober, ia ditangkap dan diasingkan, semula ke
Ujung Pandang, kemudian ke Bengkulu, Palembang dan Flores. Tertangkapnya tokoh
tersebut, menyebabakan kemunduran organisasi ini.
5.
Jong Batak
Berdiri pada
tahun 1926. Dikenal juga dengan nama Jong Bataks Bond, adalah perkumpulan para
pemuda yang berasal dari daerah Batak (Tapanuli), yang bertujuan untuk
mempererat persatuan dan persaudaraan di antara para pemuda yang berasal dari
daerah tadi serta turut serta memajukan kebudayaan daerah. Salah satu tokoh
yang terkenan dari organisasi ini adalah Amir Sjarifudin.
6.
Pemuda Timor
Organisasi di
kalangan orang Timor baru dibentuk pada bulan September 1921 di Makassar, yakniTimorsch
Verbond, dengan ketua J.W. Amalo. Statutanya, yang diakui pemerintah pada
tahuun 1923, menyatakan bahwa tujuan Timorsch Verbond adalah untuk meningkatkan
moral dan kerohanian orang-orang Timor, memajukan kesejahteraan dan memberi
bantuan bila diperlukan, serta membantu memajukan anak-anak anggota. Untuk
mencapai tujuan itu diselenggarakan pertemun-pertemuan, surat-menyurat dan
kalau perlu memohon bantuan pemerntah, serta melalui usaha pengumpulan dana.
Suatu cabang organisasi ini didirikan di Kupang. Di Kupang dibentuk juga suatu
organisasi lain bernama Perserikan Timor, pada bulan Agustus 1924, d bawah
pimpinan C. Frans. Statutanya, yang disahkan pemerintah (tanggal 27 Maret
1925), menyatakan bahwa organisasi ini bertujuan memperjuangkan kemandirian
penduduk pribumi Timor dan sekitarnya di bidang ekonomi, rohani, kebudayaan dan
politik alam kerjasama dan tetap memperkokoh ikatan dengan Belanda. Tujuan itu
diupayakan dengan banyak cara, a.l. dengan mengusahakan perwakilan dalam
Volkdraad. Keanggotaannya hanyalah warga negara Belanda, sedang anggota biasa
meliputi semua pendudukan pribumi Timor dan sekitarnya yang tidak sama status
dengan orang-oang Eropa (niet gelijkgesteld), orang-orang Belanda dan
Indiërs yang kawin dengan keturunan mereka, dan Indiërs yang telah bermukim di
daerah itu paling sedikit 10 tahun.
Pada
pertengahan tahun 1920-an ketika pihak komunis makin radikal, pengaruhya juga
terungkap di kalangan orang Timor dalam Timorsch Verbond di Makasar, demikian
juga dalam suatu organisasi di Timor yang bernama Kerapatan Timor
Evolutie di bawah pimpinan J.W. Toepe dan Ch. M. Pandy. Malahan Pandy
mendirikan organisasi yang radikal, mula-mula dengan nama Sarekat Timor,
lalu kemudian menjadi Sarekat Rakjat. Organisasi ini merupakan
gerakan perlawanan yang militan terhadap pemerintah setempat dan ia memperoleh
pengikut sampai 1200 anggota. Etika Pandi ditahan dan diadili maka sarekat
itupun lenyap. Sementara itu Kerapatan Timor Evolutie dan Timorsch Vebond diam-diam
mendukung Pandy. Timorsch Verbond mempunyai sekitar 100 anggota dan mendirikan
HIS di dekat Kupang. Perserikatan Timor mempunyai anggota sekitar 850 orang,
dan tetap mempertahankan tujuan semula.
7.
Jong Celebes
Arti Celebes
Muda atau Pemuda Celebes, yaitu organisasi pemuda yang berasal dari seluruh
pulau Celebes (Sulawesi), sehingga jangkauannya lebih luas dari Jong Minahasa.
Didirikan pada tahun 1912, maksud dan tujuannya adalah mempererat rasa
persatuan dan tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda (pelajar) yang
berasal dari Pulau Celebes atau Sulawesi. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara
lain Arnold Mononutu, Waroruntu dan Magdalena Mokoginta atau yang dikenal
dengan Ibu Sukanto (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang pertama).
8.
Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Bila pada
permulaan abad XX organisasi pemuda masih memiliki sifat primodialisme yang
kental, namun dalam perkembangannya banyak organisasi pemuda yang menuju arah
integrasi bangsa. Terutama memasuki periode tahun 1926, banyak organisasi yang
geraknya mulai bernafaskan Indonesia. Salah satunya yaitu Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan pada 1925, namun peresmiannya baru
pada tahun 1926. Pendirian organisasi ini dilatar belakangi dengan semakin
maraknya kaum pelajar Indonesia sebagai akibat dibukanya berbagai sekolah
tinggi, sehingga timbul gagasan untuk memberikan sumabangan yang berharga bagi
perjuangan kemerdekaan. Tujuan dari organisasi pemuda ini, yaitu untuk
menyatukan perkumpulan-perkumpulan pemuda yang telah ada, yang umumnya memiliki
latar belakang budaya, lokalitas, dan etnisitas yang berbeda. Adapun para
tokoh PPPI, yaitu Sogondo Djojopuspito Sigit Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro,
Samidjono, Hendromartono, Subari, Rohjani, Sunarko, S.Djuned Pusponegoro,
Kuntjoro, Wilopo, Surjadi, A.K. Gani, Amir Sjarifudin, dan abu Hanifah. Salah
satu tokoh PI berperan sebagai ketua Kongres Pemuda II, yaitu Sugondo
Djojopuspito.
Satu hal yang
sangat menarik bahwa PPPI tidak hanya bergerak dalam negeri saja. Para tokoh
PPPI menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia (PI) di negeri
Belanda. PI dalam waktu-waktu tertentu mengirimkan majalah Indonesia Merdeka ke
Indonesia, sementara itu PPPI mengirimkan majalahnya Indonesia Raya dan
berita-berita penting di tanah air ke negeri Belanda. Memang diakui ada usaha
untuk menyebarluaskan tentang proses perkembangan pergerakan Perhimpunan
Indonesia ke tanah air. Namun usaha ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
yang mendapat tugas untuk menyebarluaskan proses perkembangan proses
perkembangan organisasi tersebut, yaitu Ali Sastroamidjojo secara aktif turut
mengisi majalah “Indonesia Merdeka”. Di samping itu, Ali Sastroamidjojo turut
pula berusaha menyebarluaskan majalah itu ke Indonesia, terutama edisinya dalam
bahasa Indonesia yang diterbitkan untuk beberapa waktu. Ini pun dilakukan
secara seludupan, karena masuknya ke tanah air dilarang oleh pemerintah
kolonial Belanda. Akan tetapi majalah tersebut masih dapat diterima oleh PPPI,
karena usaha Sugondo Joyopuspito yang bekerjasama dengan petugas pos yang
menyortir kiriman barang dari luar memasuki Hindia Belanda. Pegawai pos
tersebut secara cermat dan diam-diam memasukkan majalah tersebut dalam bajunya
kemudian diserahkan kepada para tokoh pemuda PPPI.
9.
Pemuda Indonesia
(Jong Indonesia)
Pada 27
Februari 1927 di kota Kembang, Bandung lahirlah sebuah organisasi pemuda yang
bersifat nasional yang diberi nama Jong Indonesia (Pemuda Indonesia), dimana
sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar-pelajar AMS dan dari mahasiswa
RHS dan STOVIA. Cabang-cabang Jong Indonesia tersebar di berbagai daerah, yaitu
Jogjakarta, Solo, dan Jakarta. Kongres pertamanya diadakan di Bandung pada 28
Desember 1927. Kongres ini berhasil mengambil beberapa keputusan penting, yaitu
Nama organisasi yang sebelumnya masih dalam bahsa Belanda diganti dengan nama
Indonesia, yaitu Pemuda Indonesia. Bahasa resmi pengantarnya ditetapkan bahasa
Melayu.
Gagasan fusi
atas organisasi-organisasi pemuda sebagaimana yang dikemukakan Perhimpunan
Indonesia disetujui asal semua organisasi menghendaki dan jika ada organisasi
pemuda yang tidak menyetujui, Pemuda Indonesiaakan menetapkan pendiriannya
kemudian. Sebelum kongres, pengurus Pemuda Indonesia yaitu Suwaji sabagai ketua
pertama dan Sugiyono sebagai salah satu anggota pengurus. Sementara pengurus
setelah kongres yaitu Yusupadi sebagai ketua, sekretaris I dipegang Muhammad
Tamzil, sekretaris II Subagia Reksodpuro, Asaat sebagai bendahara yang dibantu
oleh pengurus lainnya seperti Roesmali dan Syahrir. Atas inisiatif PPPI, pada
27-28 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda Indonesia II untuk
mempersatukan segala perkumpulan pemuda Indonesia yang ada dalam satu badan
gabungan. Kongres ini menhasilkan Sumpah Pemuda yang isinya tiga sendi
persatuan bangsa Indonesia, yaitu persatuan tanah air, bangsa dan bahasa. Dari
kongres ini juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan Wage Rudolf
Supratman dan bendera merah putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa
Indonesia. Dalam kongres yang diadakan di yogyakarta pada 24-28 Desember 1928
membuahkan keputusan untuk mengadakan fusi (gabungan). Keputusan tersebut
disetujui oleh Jong Celebes. Kemudian dibentuklah suatu komisi yang disebut
misi Besar Indonesia Muda, untuk mempersiapkan langakah-langkah pelaksanaannya.
Akhirnya pada 31 Desember 1930 dalam koferensi di Solo ditetapkan berdirinya
organisasi Indonesia Muda.
10.
Persatuan
Pemuda
Pada tanggal
27-28 Oktober 1928 di Jakarta berlangsung Kongres Pemuda II yang diprakarsai
oleh PPPI. Dalam kongres yang dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito tersebut
ditegaskan kembali keinginan untuk mengadakan penggabungan setelah Jong Java
dan Pemuda Indonesia menyatakan setuju untuk mengadakan fusi. Pada waktu itu
Kongres Pemuda II juga disebut Kerapatan Pemuda-pemudi Indonesia. Kongres yang
dihadiri oleh perwakilan dari berbagai perkumpulan pemuda ini menghasilkan
beberapa keputusan. Salah satu keputusan penting yang ditetapkan dalam kongres
ini adalah Sumpah Pemuda. Keputusan yang bertema persatuan tersebut merupakan
keputusan yang benar-benar menentang politik devide et impera dari Pemerintah
Kolonial. Pada masa Sumpah Pemuda juga muncul istilah antithese kolonial, yaitu
para pelajar dan mahasiwa Indonesia dalam menyebut pertentangan kepentingan
antara bangsa Belanda dan rakyat Indonesia. Sebagai hasil dari kongres pemuda
II, lahirlah Perkumpulan Indonesia Muda. Perkumpulan Indonesia Muda berdiri
pada tanggal 31 Desember 1930 di Surakarta. Indonesia Mudameerupakan fusi dari
Jong Java, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Perkumpulan Pemuda Sumatera, dan
Sekar Rukun.
11.
Indonesia Muda
Indonesia Muda
merupakan suatu oraganisasi yang tidak ikut bergerak dalam aksi politik.
Organisasi ini didirikan di Solo paad 31 Desember 1930. Organisasi ini
berazaskan kebangsaan dan Indonesia Raya dalah tujuannya. Dalam sepak
terjangnya, organisasi ini telah berhasil menerbitkan majalah yang diberi nama
Indonesia Muda. Ketidakhadiran Indonesia Muda dalam ranah politik, membuat
aktifitasnya menjadi kurang kelihatan. Meskipun begitu pemerintah masih saja menaruh
curiga yang menyebabkan beberapa sekolah pemerintah dilarang menjadi
anggotanya. Adanya tekanan dan kenkangan pemerintah terhadap perhimpunan atau
organisasi-organisasi pemuda ini, menyebabkan banyak anggota yang keluar dari
organisasi ini. Politik reaksioner Gubernur Jenderal de Jonge (1932-1937) tidak
hanya melumpuhkan gerakan partai-partai politik namun juga
organisasi-organisasi pemuda. Melihat hal ini Indonesia Muda mencoba untuk
mengadakan kongres pada1936, namun usaha organisasi ini gagal, karena tak
mendapat izin pemerintah. Barulah pada 1938 dapat diadakan Kongres Pemuda III
di Yogyakarta. Hasilnya ialah federasi organisasi-organisasi pemuda dengan
pusat di Jakarta.
Kongres juga
memutuskan mengenai kata “kemerdekaan Nusa dan Bangsa” diganti dengan
“menjunjung martabat Nusa dan Bangsa”. Hal ini disebabakan kata “kemerdekaan”
tersebut dianggap tabu bagi pemerintah Belanda. Jika dicermati, organisasi pemuda kedaerahan
tersebut sangat hati-hati dan tidak cepat bergerak ke arah politik. Hal ini rupanya
mengambil pelajaran dari organisasi-organisasi sebelumnya, yaitu Budi Utomo
yang mengawali pergerakannya melalui bidang sosial-budaya, sehingga dapat
selamat dari pengawasan pemerintah kolonial. Dari pengalaman tersebut, maka
organisasi pemuda lebih menitikberatkan semangat kedaerahan. Pada waktu itu
semangat kedaerahan masih sangat diperlukan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa
pergerakan untuk melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh pemuda Jawa saja,
tetapi juga daerah-daerah lain ada rasa tidak senang terhadap pemerintah
kolonial Belanda. Hanya dalam kesepakatan dan pengalaman dalam perjuangan, maka
tidak lagi berjuang secara fisik, melainkan berjuang secara moral. Jadi tidak
ada perang fisik, melainkan berjuang melalui semangat persatuan dan kesatuan.
Sumber :
https://ikawidyakusumastuti.wordpress.com/2013/10/13/organisasi-kepemudaan/
Nilai Informatif
Fenomena
baru pada abad XX banyak diwarnai dengan munculnya berbagai organisasi
kepemudaan. Timbulnya pergerakan pemuda jelas menunjukkan adanya kaderisasi
kepemimpinan yang seawaktu-waktu dibutuhkan sehingga tidak terjadi kekosongan
pimpinan dan organisasi dapat berjalan terus. Perkumpulan pemuda mengikuti
jejak organisasi politik yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pemuda
dengan semagtnya yang tinggi tidak ragu lagi dalam memperjuangkan nasib
bangsanya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Menurut Onghokham
gerakan-gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah unik, sebab hal itu
juga terjadi di negara-negara Asia lainnyaa seperti india dengan May Fourth
(Gerakan 4 Mei), India, Burma ,Jepang dan sebagainya. Ia menilai bahwa
negara-negara Asia itu juga memiliki kesamaan sifat agraris tradisional
menempatkan golongan tua pada puncak hierarki. Munculnya gerakan-gerakan pemuda
itu juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang sama.
Meskipun menurut argumen Onghokham, gerakan-gerakan pemuda pada
abad XX di Indonesia tidaklah unik. Perlu kita ketahui mungkin yang dikatakan
unik itu yang memiliki kekhasan Indonesia. Nah, disini jika kita lihat
gerakan-gerakan pemuda Indonesia itu berkembang dengan pesatnya yang kemudian
muncullah suatu kesepakatan nasional dalam bentuk sumaph bersama untuk nusa
bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama yaitu Indonesia. Mungkin inilah
fenomena gerakan-gerakan pemuda Indonesia pada abad XX yang tidak terjadi di
negara manapun. Pergerakan pemuda yang pertama didirikan ialah Boedi Oetomo
pada 20 Mei 1908. Akan tetapi pada kongresnya yang pertama yaitu pada 5 Oktober
1908 di Yogyakarta, perkumpulan tersebut bukan lagi perkumpulan pemuda
melainkan perkumpulan kaum tua. Semangat kongres bukan semangat pemuda dan yang
memegang pimpinan semua kaum tua. Lama kelamaan golongan pemuda merasa tidak
puas terhadao Boedi Oetomo yang condong menjadi perkumpulan kaum tua. Makin disadari
bahwa pemuda harus mempunyai perkumpulan sendiri, dimana pemuda dapat dididik
secara pemuda untuk memenuhi kewajibannya kelak dikemudian hari.
Nilain Edukatif
Kemerdekaan
ini tidaklah didapat dengan mudah, tidaklah didapat dengan sendirinya melainkan
karena kesatuan rasa bersatu yang terhimpun dalam organisai yang menggerakkan
tujuan itu semakin dekat untuk dicapai. Dan bukanlah perihal yang mudah
berjuang dalam organisasi yang ikhwalnya pada masa oraganisasi kita berdiri
tersebut mendapat pertentengan dari pemerintah kita. Tetapi tidak ada yang
tidak mungkin selagi kita bersama, berusaha dan berjuang untuk tujuan mulia,
hingga apapun usaha kita tetap akan berbuah, jika tidak dipetik dimasa kita
mungkin dimasa setelah kita.
Nilai
Inspiratif
Semangat pantang menyerah dan
rela berkorban yang dilakukan para pemuda demi kepentingan bangsa yang lebih
besar. Kesadaran politik yang muncul dalam semangat perjuangan mereka, telah
menjauhkan pikiran, sikap dan tindakan mereka dari kepentingan-kepentingan yang
bersifat kepentingan golongan, kelompok apalagi individu.
Organisasi kepemudaan disebut apaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapus